Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 324 327248

Email

perpustakaan@iainmadura.ac.id

Literasi di Zaman Kuno: Bagaimana Masyarakat Purba Menyimpan dan Mentransfer Pengetahuan

  • Diposting Oleh Admin Web Perpustakaan
  • Senin, 23 September 2024
  • Dilihat 659 Kali
Bagikan ke

Sejak zaman purba, manusia telah berusaha menemukan cara untuk menyimpan dan mentransfer pengetahuan. Di era di mana teknologi modern belum ada, masyarakat kuno mengembangkan berbagai metode inovatif untuk memastikan bahwa informasi penting dapat diteruskan dari generasi ke generasi. Artikel ini akan membahas bagaimana literasi di zaman kuno berkembang, serta berbagai teknik yang digunakan oleh masyarakat purba untuk menyimpan dan mentransfer pengetahuan.

Awal Mula Literasi: Dari Simbol hingga Tulisan

Literasi di zaman kuno bermula dari penggunaan simbol-simbol sederhana yang mewakili objek atau konsep. Simbol-simbol ini dikenal sebagai piktogram, dan ditemukan dalam berbagai bentuk di seluruh dunia, seperti pada dinding gua atau batu-batu besar. Salah satu contoh paling terkenal adalah lukisan gua di Lascaux, Prancis yang diperkirakan berasal dari 17.000 tahun yang lalu. Lukisan ini tidak hanya menggambarkan hewan, tetapi juga kegiatan sehari-hari manusia purba, memberikan wawasan tentang kehidupan mereka.

Seiring waktu, simbol-simbol ini menjadi lebih kompleks dan berkembang menjadi tulisan cuneiform di Mesopotamia sekitar 3.200 SM. Sistem tulisan ini menggunakan tanda-tanda berbentuk baji yang diukir pada tablet tanah liat, dan digunakan untuk mencatat berbagai informasi mulai dari transaksi ekonomi hingga hukum.

Perpustakaan Kuno: Penyimpan Pengetahuan Manusia

Salah satu metode utama penyimpanan pengetahuan di zaman kuno adalah melalui perpustakaan. Perpustakaan Alexandria di Mesir, yang didirikan pada abad ke-3 SM, adalah salah satu perpustakaan paling terkenal di dunia kuno. Perpustakaan ini berisi ratusan ribu gulungan papirus yang mencakup berbagai topik seperti ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni. Para cendekiawan dari seluruh dunia datang ke Alexandria untuk belajar dan menambah koleksi perpustakaan, menjadikannya pusat pengetahuan terbesar pada masanya.

Di Mesopotamia, Perpustakaan Ashurbanipal di kota Nineveh, yang didirikan oleh Raja Ashurbanipal pada abad ke-7 SM, adalah perpustakaan kerajaan terbesar yang pernah ditemukan. Perpustakaan ini berisi lebih dari 30.000 tablet tanah liat yang mencatat berbagai aspek kehidupan Asyur, termasuk mitologi, hukum, dan sastra, seperti epik Gilgamesh.

Metode Transfer Pengetahuan: Dari Mulut ke Mulut hingga Tulisan

Sebelum tulisan ditemukan, pengetahuan disimpan dan ditransfer melalui tradisi lisan. Tradisi lisan ini melibatkan penyampaian cerita, puisi, dan hukum dari generasi ke generasi melalui pengucapan. Masyarakat kuno sangat bergantung pada ingatan untuk memastikan bahwa pengetahuan mereka tidak hilang.

Namun, dengan berkembangnya tulisan, pengetahuan dapat disimpan secara lebih akurat dan disebarluaskan ke wilayah yang lebih luas. Salah satu contoh awal adalah Kode Hammurabi, sebuah kumpulan hukum yang diukir pada sebuah batu besar sekitar 1754 SM di Babilonia. Tulisan ini memastikan bahwa hukum-hukum tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang mampu membacanya, dan menjadi dasar bagi sistem hukum modern.

Alat dan Media: Papirus, Gulungan, dan Tablet Tanah Liat

Berbagai media digunakan oleh masyarakat kuno untuk menulis dan menyimpan informasi. Di Mesir, papirus adalah bahan tulisan utama yang dibuat dari tanaman papirus yang tumbuh di tepi Sungai Nil. Gulungan papirus ini mudah disimpan dan diangkut, membuatnya menjadi pilihan ideal untuk menyimpan dokumen-dokumen penting.

Di Mesopotamia, masyarakat menggunakan tablet tanah liat yang diukir dengan tulisan cuneiform. Setelah diukir, tablet ini kemudian dipanggang untuk mengeras, sehingga dapat bertahan selama ribuan tahun. Banyak dari tablet ini yang ditemukan dalam kondisi baik, memberikan kita wawasan yang berharga tentang kehidupan di zaman kuno.

Penutup: Warisan Literasi Kuno

Literasi di zaman kuno adalah fondasi dari peradaban modern. Metode-metode yang dikembangkan oleh masyarakat purba untuk menyimpan dan mentransfer pengetahuan tidak hanya memungkinkan kita untuk memahami kehidupan mereka, tetapi juga berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya di masa kini. Meskipun teknologi telah berubah drastis, esensi dari penyimpanan dan transfer pengetahuan tetap sama: memastikan bahwa informasi yang berharga dapat diteruskan kepada generasi mendatang.

Dengan memahami bagaimana literasi berkembang di zaman kuno, kita dapat lebih menghargai warisan yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang kita dan terus membangun fondasi pengetahuan yang kokoh untuk masa depan.IG