Literasi Media Sosial: Bekal Anak Muda Menghadapi Era Disinformasi
- Diposting Oleh Admin Web Perpustakaan
- Selasa, 1 Juli 2025
- Dilihat 10 Kali
“Jangan asal share sebelum baca, cek, dan mikir.”
Di era digital seperti sekarang, informasi datang dari segala arah dan seringkali, terlalu cepat untuk kita cerna. Belum sempat ngopi, timeline sudah dipenuhi berita heboh. Mulai dari isu politik, gosip selebriti, sampai ramalan kiamat. Semua berlomba-lomba jadi yang pertama viral, tapi… siapa yang peduli apakah itu benar?
Nah, di sinilah pentingnya literasi media sosial, terutama buat kita, anak muda yang hidupnya nyaris nggak pernah lepas dari gadget. Literasi media sosial bukan cuma soal bisa baca dan nulis status, tapi juga kemampuan untuk mikir kritis terhadap apa yang kita konsumsi dan bagikan di media sosial. Jangan sampai jempol lebih cepat dari otak.
Sumber : pixabay.com
Disinformasi—alias informasi palsu yang sengaja disebar—jadi salah satu tantangan terbesar di jagat maya. Bentuknya bisa macam-macam: berita hoaks, narasi menyesatkan, bahkan meme lucu tapi isinya misleading. Masalahnya, disinformasi sering dikemas dengan gaya yang “klikbait” dan emosional bikin orang buru-buru klik dan share tanpa pikir panjang. Nah, anak muda yang aktif di medsos adalah target empuk.
Biar nggak gampang terseret arus, kita perlu membekali diri dengan kemampuan cek fakta sederhana :
- Cek Sumbernya
Jangan cuma lihat dari akun @katanya_. Cari tahu siapa penulisnya, dari mana asal beritanya. - Baca Seluruh Konten, Bukan Judulnya Doang
Judul sering provokatif. Isi berita bisa beda jauh dari impresi awal. - Gunakan Akal dan Perasaan
Kalau isinya terlalu sensasional atau bikin emosi naik-turun, besar kemungkinan itu clickbait. - Cek Fakta Lewat Situs Resmi
Misalnya: turnbackhoax.id, cekfakta.com, atau situs berita kredibel. - Jangan Ikut Menyebar Kalau Belum Yakin
Think before you share. Karena kamu bisa jadi penyebar hoaks tanpa sadar.
Anak muda itu keren kalau kritis, bukan cuma karena gaya atau followers-nya ribuan. Anak muda adalah pengguna internet terbesar. Artinya, kita juga punya tanggung jawab besar. Jangan cuma jadi konsumen informasi tapi juga jadi penjaga kebenaran di ruang digital. Jadi, yuk jadi generasi yang melek digital, kritis, dan nggak gampang termakan hoaks, berani cari tahu, dan nggak asal ikut-ikutan. Jempol kita bisa menyebarkan kebaikan atau sebaliknya. Karena jadi cerdas digital itu bukan pilihan, tapi kebutuhan.
Ingat ya, punya kuota banyak bukan berarti harus habis buat scroll yang nggak jelas Soalnya, di balik setiap share, ada tanggung jawab yang kita bawa. Mari #PakaiJempolDenganAkal.
“Di era digital, literasi adalah senjata. Jangan sampai kita kalah karena malas membaca.”